Semilir angin membelai lembut rambut Kirana, mengajak menari helai demi helai sehingga menutupi pandangannya. Ia berdiri kaku di depan pintu, kakinya terasa lemas, matanya terasa panas dan pandangannya mengabur, jantungnya serasa berhenti dan tak lama tubuhnya pun luruh terjatuh di atas lantai. Mulutnya hanya bisa terbuka tanpa mampu mengeluarkan seucap kata pun. Hatinya benar-benar hancur melihat pemandangan di depan matanya. Semuanya berwarna merah, setiap sudut ruangan rumahnya berwarna merah. Terlihat darah segar mengalir membanjiri lantai dan menghiasi dinding rumahnya.
"Terlambat... Aku terlambat. Ayah... Ibuuu". Ucapnya lirih
"Tiiidaaaakkkkk!!!!!!!". Jeritnya sebelum pandangannya menjadi gelap.
"Tiiidaaaakkkkk!!!!!!!". Jeritnya sebelum pandangannya menjadi gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar